Halaman

Sabtu, 23 Juli 2011

SALAH SATU PENYEBAB AUTIS PADA ANAK

Benarkah Vaksin MMR Menyebabkan Autisme pada Anak-Anak


S
aat ini silang pendapat seputar penggunaan vaksin MMR tengah ramai. Masalahnya ada kasus penggunaan vaksin MMR yang selama ini digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi Campak (Measles), Gondokan (Mumps), dan campak Jerman (Rubella),diduga keras menjadi penyebab timbulnya Autisme pada anak.
MMR adalah salah satu imunisasi yang dilakukan pada anak, khususnya bayi usia 15-18 bulan di berbagai negara termasuk negara Indonesia.
Autisme itu sendiri merupakan kelainan pada otak yang kemudian mempengaruhi kemampuan interaksi, sosial, komunikasi dan keterbatasan aktivitas seorang anak. Kelainan ini juga akan berdampak pada perkembangan mental si anak sepanjang hidupnya, apabila tidak segera mendapat penanganan yang tepat.
Polemik seputar vaksin MMR , berawal dari sebuah pendapat yang dilontarkan oleh Dr.Andrew Wakefield dari The Royal Free Hospital menurutnya, Vaksin MMR dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan anak, yang kemudian berpengaruh pada penyerapan nutrien dan vitamin, sehingga mengganggu perkembangan otak anak menderita autisme.
Pendapat tersebut dikemukakan Dr. Wakefield berdasarkan sebuah penelitian sederhana yang pernah dilakukannya. Menurutnya, orang tua dari 12 orang anak yang pernah mendapat imunisasi MMR mengeluh bahwa anaknya kemudian menderita gangguan saluran pencernaan dan sebagian lainnya mengalami diare. Gejala yang paling menonjol terlihat pada anak-anak itu adalah hilangnya kemampuan berbicara serta beberapa kemampuan fisik lainnya.
Tentu saja pendapat ini mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan. Patricia Kurtz misalnya, jelas-jelas membantah teori tersebut. Alasannya, tidak ada bukti dan penelitian yang akurat serta dapat diterima secara ilmiah.
Ironis memang, bila vaksin MMR yang sudah “berjasa” menurunkan angka penderita campak, ternyata kemudian diduga menjadi salah satu faktor penyebab munculnya autisme.
Menanggapi hal ini, Prof. Dr. dr.Sri Rezeki Harun Hadinegoro, SpAK, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia mengatakan untuk mendapat hasil penelitian yang akurat, jumlah sampel yang digunakan harus dapat mewakili populasi yang di teliti. Melihat beberapa kekurangan yang terdapat pada penelitian yang dilakukan Dr. WakeField tersebut, Prof. Sri berkesimpulan bahwa isu seputar efek samping dari pemberian vaksin MMR itu adalah tidak akurat. Sebab,bukti ilmiahnya tidak mencukupi.Masih perlu serangkain penelitian lainya untuk membuktikan kebenaran.
Sekalipun demikian, Prof. Sri mengakui bahwa tidak ada satu jenis vaksinpun yang 100% tidak memiliki efek samping, seperti demam ringan. Tapi, dibandingkan dengan manfaatnya, efek samping dari vaksin-vaksin tersebut relatif kecil artinya. “ untuk kasus vaksin MMR, sangat kebetulan bahwa munculnya gejala autisme kebanyakan terdektesi oleh orang tuanya pada saat anaknya berusia antara 12-18 bulan. Pada usia ini, anak sudah belajar berdiri dan berjalan, serta mulai menunjukan respons bila dipanggil atau ditatap matanya.
Momen itu sangat bertepatan dengan pemberian vaksin MMR ini,menjadikan tumbuhnya kesan bahwa seolah-olah ada keterkaitan antara vaksin MMR dengan autisme semakin kuat, “ jelas ahli penyakit tropis ini.
Mengenai Autisme sendiri Prof.berpendapat bahwa Autis sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Jadi orang tua yang memiliki riwayat Autisme dalam keluarganya perlu waspada, dan lebih teliti dalam memperhatikan tumbuh kembang anaknya.
“Jadi, walaupun hubungan antara Autisme dengan vaksin MMR masih terbatas pada teori, bagi orang tua yang masih merasa khawatir, mungkin lebih baik menunda dahulu pemberian vaksin MMR ini pada anaknya. Khususnya,abila diduga terlihat adanya gejala kelainan tumbuh kembang pada anak” (Saran Prof. Sri)

Sumber: Intisari, edisi April,1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar